Pengebom Ikan Nixon Watem Guru Pendidikan Lingkungan Hidup – “Siapa yang punya mangrove cantik? Siapa yang punya mangrove cantik? Siapa yang punya mangrove cantik? Kita semua yang punya,” teriak para murid kelas empat sampai enam SD Negeri 28 Awat, Distrik Kofiau, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya. Kegembiraan mereka terdengar jelas sampai keluar kelas.

Saya yang berada di bawah pepohonan taman sekolah sangat terkesan. Anak-anak ini mengetahui tentang mangrove, suatu istilah lingkungan yang agak rumit untuk dipahami oleh anak-anak di wilayah sekitar saya. Di sana, orang-orang lebih sering menyebutnya dengan istilah bakau agar lebih mudah dipahami. Banyak anak-anak di sana juga kesulitan membedakan antara bakau dan tanaman yang serupa namanya, yaitu tembakau.

Ini menunjukkan bahwa pendidikan lingkungan ku-institute.id sangat penting dan harus diperjuangkan di seluruh Indonesia. Terutama di daerah pedesaan seperti tempat saya berasal. Kami juga harus menghargai upaya para guru di SD Negeri 28 Awat yang telah memberikan pendidikan lingkungan yang berkualitas kepada murid-murid mereka.

Mari kita dukung pendidikan lingkungan dan perjuangkan kebersihan lingkungan kita. Kita semua harus memperhatikan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan untuk kehidupan yang lebih baik di masa depan.

Ketika masih muda, Nixon memilih profesi sebagai seorang nelayan. Namun, untuk bisa mendapatkan ikan tangkapan besar, ia menggunakan bom.

Saat itu, ia hanya berpikir tentang mendapatkan makanan untuk keluarganya, tanpa memikirkan dampak buruk dari tindakan yang dilakukannya terhadap lingkungan laut, terutama terumbu karang yang mati akibat serangan bom.

Di masa kini, Nixon menyadari kesalahannya dan menjadi pendidik dalam hal konservasi lingkungan. Ia menyadari bahwa upaya konservasi sangat penting untuk menjaga keberlangsungan lingkungan laut dan kelangsungan hidup manusia. Nixon juga memperkenalkan konsep konservasi kepada masyarakat sekitarnya agar mereka tidak melakukan tindakan yang merusak lingkungan.

Kesadaran akan pentingnya konservasi dan perlunya meningkatkan pendidikan tentang lingkungan menjadi hal yang sangat penting di zaman sekarang ini. Kita harus memastikan bahwa generasi mendatang memahami pentingnya menjaga lingkungan agar alam bisa tetap lestari dan kita bisa hidup dengan aman dan nyaman di dalamnya.

Sejak tahun 1995, pendidikan mengenai pentingnya menjaga ekosistem telah dilakukan oleh berbagai pihak, terutama mahasiswa dari Universitas Cenderawasih, Jayapura. Bahkan organisasi non-pemerintah seperti TNC (The Nature Conservancy) turut berpartisipasi pada tahun 2004. Meskipun begitu, ada beberapa orang yang menolak pendidikan ini karena merasa hal tersebut dapat mengganggu sumber penghasilan mereka.

Namun sebenarnya, konservasi alam tidak hanya bertujuan untuk menjaga lingkungan, tapi juga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sebagai contoh, kelompok nelayan di Kofiau belajar bagaimana mengelola hasil laut dan menjualnya sebagai produk bernilai jual tinggi seperti abon, sambal ikan dan ikan asin.

Hal ini menunjukkan bahwa konservasi alam dan kebutuhan manusia dapat dijaga secara seimbang. Melihat hal ini, Nixon menjadi tertarik pada dunia konservasi dan perlindungan ekosistem. Ia mulai aktif terlibat dalam kegiatan pendataan biota dan melakukan perjalanan ke Raja Ampat. Dalam hal ini, pendidikan mengenai lingkungan sangat penting untuk mempertahankan keberlangsungan hidup manusia dan alam.

Nixon memahami pentingnya konsep sasi dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut. Melalui penerapan sasi, biota laut dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, sehingga dapat memberikan penghasilan yang besar bagi masyarakat ketika dijual. Masyarakat di Kofiau juga telah menyadari pentingnya perlindungan laut melalui pendidikan yang diberikan. Kawasan sasi Kofiau telah diakui oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan meliputi seluruh perairannya hingga Kepulauan Boo yang berbatasan dengan perairan Maluku Utara.

Selain itu, upaya untuk mengurangi pengerusakan menggunakan potasium dan bom telah dilakukan melalui edukasi yang diberikan. Masyarakat mulai meninggalkan praktik tersebut dan beralih ke metode pemancingan yang lebih ramah lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa konservasi tidak hanya melarang masyarakat untuk memanfaatkan sumber daya alam laut, tetapi juga mengajak masyarakat untuk menggunakan sumber daya alam secara berkelanjutan dengan cara yang ramah lingkungan.

Dengan pendidikan yang tepat dan kesadaran yang tinggi terhadap lingkungan, masyarakat dapat menjadi agen perubahan dalam menjaga keberlanjutan sumber daya alam bagi generasi mendatang.

Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan lingkungan hidup, Nixon, seorang penggagas kurikulum pendidikan lingkungan hidup untuk anak di Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), telah melakukan berbagai usaha. Salah satunya adalah dengan menyesuaikan bahasa yang lebih mudah dicerna anak-anak saat mengajar, seperti menggunakan bahasa daerah seperti “manga-manga” untuk mangrove.

Baca juga: Pendapatan Rendah Lebih Berisiko Kanker Paru, Bukan Karena Rokok?

Pembelajaran ini dilakukan di sekolah SDN 28 Awat pada jadwal muatan lokal. Nixon menilai bahwa pendidikan tentang lingkungan kepada murid-murid ini efektif. Anak-anak mereka bahkan kerap menegur orang tuanya jika hendak melakukan penangkapan ikan menggunakan kompresor. Semua ini menunjukkan bahwa upaya Nixon dalam meningkatkan pendidikan lingkungan hidup membuahkan hasil yang positif.