Category: Kesehatan

Buah Inilah Paling Tercemar Pestisida

Buah Inilah Paling Tercemar Pestisida – Pertanian modern yang mengandalkan pestisida sebagai pengendali hama tentu memunculkan kekhawatiran mengenai paparan pestisida pada buah dan sayuran. Namun, penting bagi kita untuk mengenali buah yang paling banyak mengandung residu pestisida agar dapat mengambil tindakan yang tepat.

Setiap tahun, Environmental Working Group, lembaga advokasi nirlaba ku-institute.id di Amerika Serikat, merilis daftar Dirty Dozen yang berisi buah dan sayuran yang paling terkontaminasi pestisida. Buah apel selalu berada di urutan pertama, diikuti oleh stroberi, anggur, seledri, persik, bayam, paprika, nectarin, mentimun, kentang, tomat ceri, dan cabai.

Meski demikian, jangan khawatir untuk mengonsumsi buah dan sayur karena manfaat kesehatannya jauh lebih besar dari risiko paparan pestisida. Ada banyak cara untuk mengurangi paparan pestisida, seperti mencuci dan mengupas buah dan sayur.

Baca juga: Sejak Dini Edukasi Pelestarian Hutan Bakau Taman Pendidikan Mangrove

Jika memungkinkan, pilihlah produk organik yang bebas dari pestisida. Pendidikan mengenai cara memilih dan mengonsumsi buah dan sayur yang sehat dapat membantu menjaga kesehatan kita dan keluarga. Oleh karena itu, penting untuk mencari informasi yang akurat dan melakukan upaya yang tepat dalam menjaga kesehatan kita.

Pendapatan Rendah Lebih Berisiko Kanker Paru, Bukan Karena Rokok?

Pendapatan Rendah Lebih Berisiko Kanker Paru, Bukan Karena Rokok? – Studi baru menemukan bahwa pasien dengan pendapatan dan pendidikan rendah serta tinggal di daerah sosial-ekonomi yang kurang sumber daya, memiliki risiko lebih besar untuk mengalami kelangsungan hidup kanker paru-paru yang buruk. Hal ini terungkap dalam jurnal peer-review dari American Cancer Society, CANCER, yang diterbitkan oleh Wiley online. Selain itu, ras/etnis minoritas di AS juga menghadapi tingkat kematian terkait kanker paru yang lebih tinggi.

Penelitian ku-institute.id ini menunjukkan keterkaitan antara pendidikan dan kesehatan dalam menghadapi risiko kanker paru-paru. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan pendidikan dan kesehatan guna mencegah dan mengatasi risiko kanker paru-paru, terutama bagi kelompok yang lebih rentan. Studi yang dipimpin oleh Tomi F. Akinyemiju dari Duke University School of Medicine, menganalisis data dari Database Kanker Nasional 2004-2016 dari pasien AS berusia 18-89 tahun yang didiagnosis dengan stadium kanker paru-paru non-sel kecil.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami hubungan antara status sosial ekonomi dan stadium kanker paru pada saat diagnosis, serta bagaimana variabilitas hubungan ini tergantung pada ras/etnis dan akses ke perawatan kesehatan. Peneliti juga mengumpulkan informasi tentang tingkat pendidikan dan pendapatan dari daerah di mana pasien tinggal, serta rincian tentang status asuransi kesehatan pasien dan di mana mereka menerima perawatan.

Dalam penelitian ini melibatkan 1.329.972 pasien, ditemukan bahwa 17 persen pasien kulit putih tinggal di daerah dengan pendapatan terendah, dibandingkan dengan 50 persen pasien kulit hitam. Selain itu, 18 persen pasien kulit putih tinggal di daerah dengan proporsi tertinggi orang dewasa tanpa pendidikan menengah, dibandingkan dengan 44 persen pasien kulit hitam.

Oleh karena itu, tingkat pendidikan dan kesehatan di daerah tempat tinggal pasien dapat berdampak pada stadium kanker paru pada saat diagnosis, serta memengaruhi perawatan kesehatan yang diterima. Informasi ini dapat membantu para profesional kesehatan untuk lebih memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan pasien dan memberikan perawatan yang lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan individu.

Data menunjukkan bahwa pasien yang tinggal di daerah pendidikan dan pendapatan terendah memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita kanker paru-paru stadium lanjut saat didiagnosis. Temuan ini tidak hanya berlaku untuk pasien kulit putih non-Hispanik, tetapi juga untuk kulit hitam non-Hispanik, Hispanik, dan Asia. Bahkan pasien dengan asuransi pemerintah dan swasta, serta yang dirawat di semua jenis fasilitas kesehatan, masih memiliki risiko yang sama.

Namun, perlu dicatat bahwa pasien kulit hitam yang tinggal di daerah pendidikan dan pendapatan tertinggi memiliki risiko yang lebih tinggi daripada rekan kulit putih mereka di daerah pendidikan dan pendapatan terendah. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan kesadaran tentang kesehatan dan pencegahan kanker paru-paru di seluruh lapisan masyarakat, terutama di daerah-daerah dengan tingkat pendidikan dan pendapatan yang rendah.

Dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat dan mencegah penyakit kanker paru-paru stadium lanjut, perlu ada upaya kolaboratif antara pemerintah, institusi pendidikan, dan masyarakat. Pendidikan tentang kesehatan dan pencegahan penyakit harus menjadi prioritas, baik di lingkungan sekolah maupun di masyarakat. Dengan upaya bersama, kita dapat memperbaiki kualitas kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

Baca juga: Lyceum Sebagai Tempat Belajar untuk Umum Aristoteles di Yunani Kuno

Dr. Akinyemiju menyatakan bahwa kemiskinan adalah faktor utama penyebab hasil kanker paru-paru yang buruk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang kulit hitam dengan pendapatan yang lebih tinggi tidak selalu memiliki hasil yang lebih baik dibandingkan dengan orang kulit putih. Hal tersebut menunjukkan perlunya upaya yang ditargetkan untuk memastikan akses yang adil untuk berhenti merokok dan melakukan skrining kanker paru-paru.

Selain itu, perlu dilakukan penelitian tambahan untuk mengetahui faktor-faktor lain yang berkontribusi pada agresivitas kanker paru-paru pada orang kulit hitam. Editorial yang menyertai penelitian ini menegaskan pentingnya upaya proaktif, terkoordinasi, dan melibatkan masyarakat untuk meningkatkan pemahaman pasien dan dokter.

Pendidikan kesehatan yang tepat dan akses yang mudah untuk skrining dan pengenalan dini gejala kanker paru-paru juga penting dalam mengatasi hambatan pasien dan masyarakat. Semua upaya ini harus dilakukan untuk mengurangi dampak rasisme struktural dalam kesehatan masyarakat.