Lyceum Sebagai Tempat Belajar untuk Umum Aristoteles di Yunani Kuno – Aristoteles, seorang mentor Alexander Agung, telah menyelesaikan tugasnya dan kembali ke Athena untuk menyebarkan pengetahuan setelah kematian temannya, Philip II. Meskipun Yunani saat itu disatukan di bawah kekuasaan Alexander, Aristoteles masih menghadapi ancaman dari kelompok-kelompok yang melawan.

Pada usia 50 tahun, ia mendirikan sekolahnya sendiri di Lyceum dan mengumpulkan murid-murid brilian yang disebut peripatetik. Lyceum bukan klub pribadi seperti Akademia, dan kuliah-kuliah yang diberikan oleh Aristoteles terbuka untuk umum dan gratis. Sekolah ku-institute.id ini menawarkan pembelajaran dalam berbagai disiplin filsafat, seperti fisika, metafisika, psikologi, etika, dan politik.

Karya-karya Aristoteles sistematis dalam cara yang tidak pernah dilakukan oleh Plato, dan terus ditulis ulang dan diperbarui. Lyceum adalah sebuah institusi pendidikan yang penting dalam sejarah Yunani dan filsafat.

Sejarah mencatat bahwa disiplin intelektual pertama kali ditemukan oleh Aristoteles selama masa Lyceum-nya. Filsuf Yunani ini membagi ilmu menjadi tiga jenis berbeda, yaitu produktif, praktis, dan teoritis. Ilmu produktif berkaitan dengan hasil nyata, seperti teknik dan arsitektur yang menghasilkan jembatan dan rumah. Ilmu praktis membahas perilaku manusia dan termasuk etika dan politik. Terakhir, ilmu teoritis menghasilkan produk dan tujuan praktis, di mana informasi dan pemahaman dicari untuk tujuan mereka sendiri.

Di Lyceum, Aristoteles menghasilkan banyak karya, di mana beberapa di antaranya diterbitkan dan dikenal luas, tetapi sebagian besar hilang selamanya. Karya-karya yang hilang itu termasuk puisi, surat, esai, dan dialog Platonis. Namun, filsuf Yunani Alexander dari Afrodisias mengatakan bahwa karya Aristoteles memberikan kebenaran yang dapat diungkapkan dalam dua cara, yaitu ‘eksoteris’ untuk konsumsi publik, dan ‘esoteris’ untuk murid-murid Lyceum.

Selain kontribusinya dalam ilmu, Aristoteles juga memainkan peran penting dalam sejarah pendidikan. Sebagai pendiri Lyceum, ia menciptakan sebuah institusi pendidikan yang menekankan pada pembelajaran kritis dan penelitian ilmiah. Karya-karya Aristoteles menjadi bahan bacaan penting dalam pendidikan Yunani dan Eropa selama berabad-abad. Bahkan sampai saat ini, pemikiran Aristoteles masih mempengaruhi dunia akademis dan intelektual.

Dalam sejarah, Aristoteles dikenal sebagai salah satu filosof terbesar dalam sejarah dunia. Dia juga dikenal sebagai seorang pendidik yang terkenal. Karya-karya Aristoteles dikumpulkan oleh seorang kolektor dan dibawa ke Athena. Namun, pada saat itu Athena dikuasai oleh komandan Romawi Sulla pada 86 SM. Karya-karya Aristoteles kemudian dibawa ke Roma dan diterbitkan. Pada tahun 60 SM karya-karya tersebut disunting oleh Andronicus dari Rhodes, kepala Lyceum terakhir.

Para arkeolog menemukan bukti bahwa Lyceum bukan hanya sekadar tempat pembelajaran otak. Selain ruang ganti, para arkeolog menemukan dromoi (lintasan lari), peripatoi (jalanan), gedung gimnasium dan palaistra (sekolah gulat), cagar budaya, area tempat duduk, dan stoa (jalanan dengan serambi tertutup)..

Baca juga: Plato : Pusat Pendidikan Yunani Kuno

Meskipun Aristoteles tidak lama di Lyceum, dia tetap menjadi salah satu tokoh yang paling penting dalam sejarah pendidikan. Hubungan Aristoteles dengan Alexander Agung memburuk setelah Alexander Agung meninggal pada tahun 323 di Babilonia, Persia. Aristoteles kemudian dituduh atas ketidaksopanan dan penistaan oleh Athena. Dia pindah ke Euboea dan meninggalkan karya-karyanya di Lyceum. Tidak ada catatan yang jelas tentang apakah Aristoteles sempat kembali ke kampus yang didirikannya.

Sebagai seorang filosof dan pendidik terkenal, karya-karya Aristoteles tetap menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang hingga saat ini. Sejarah pendidikan tidak lengkap tanpa menyebutkan kontribusinya dalam dunia pendidikan.