Abad Ke-16 Menyingkap Sejarah Sekolah Modern Pertama di Maluku – Setelah Konstantin jatuh, Portugis berusaha untuk memperluas ajaran Katolik ke seluruh dunia, termasuk di Maluku. Portugis dan Spanyol menjadi dua negara yang mendarat di Maluku sebelum Belanda menjajah Indonesia.
Portugis menjadi negara pertama yang sampai ke Ternate pada abad ke-16 dengan tujuan mencari rempah-rempah dan juga melancarkan misi suci. Portugis mengubah tatanan sistem pendidikan di Indonesia dengan memperkenalkan sistem pendidikan ku-institute.id Eropa dan mengubah sistem sorogan yang telah mengakar sejak masuknya Islam ke Nusantara.
Menurut prosiding internasional Samudra Eka Cipta yang berjudul “Nationalism Among Indonesian Catholics” yang diterbitkan pada tahun 2019, António Galvao, yang ditunjuk oleh pemerintah Portugis di Lisbon sebagai gubernur Maluku pada tahun 1536, diperkirakan telah mendirikan sekolah modern agama Katolik di Ternate. Ini menunjukkan bahwa Portugis memainkan peran penting dalam sejarah perkembangan pendidikan di Indonesia.
Sejarah pendidikan di Indonesia menunjukkan bahwa sebelumnya masyarakat Indonesia masih menggunakan aksara kedaerahan. Namun, pada masa kekuasaan Portugis di Maluku, terjadi perubahan dalam pemanfaatan tulisan. Gubernur Galvao mendirikan sekolah Katolik yang mengajarkan huruf-huruf latin sebagai proses pembelajarannya.
Sejarawan Syahruddin dan Heri Susanto menjelaskan dalam bukunya Sejarah Pendidikan Indonesia bahwa Portugis awalnya hanya berdagang, namun kemudian mulai menyebarkan ajaran Katolik melalui misi gospel. Portugis mendirikan sekolah seminari untuk mencetak para pendeta dan misionaris di Maluku, meskipun hanya anak pemuka pribumi yang diperbolehkan bersekolah di sana.
Mereka diajarkan calistung sehari-hari dan diperkenalkannya tulisan latin. Selain di Ternate, sekolah serupa didirikan di Solor. Tercatat bahwa perkembangan pendidikan di Indonesia telah melalui perjalanan yang panjang dan mengalami perubahan yang signifikan seiring dengan perkembangan zaman.
Para misionaris dengan tekun melakukan upaya penyebaran ajaran Katolik di Indonesia pada masa lalu. Fransiskus Xaverius mengadakan pembaptisan bagi sekitar 1.000 orang di Ternate dan membawa 50 anak untuk melanjutkan studi di sekolah agama Katolik di Goa pada tahun 1547.
Goa juga merupakan pusat kekuatan Portugis di Asia. Menurut Dr. Th. van den End dalam bukunya berjudul Ragi Carita 1, terbitan tahun 1987, banyak orang Portugis yang menikah dengan pribumi dan melahirkan Indo-Portugis, yang mereka bisa bersekolah. Mereka mendapatkan pendidikan dasar ilmu pengetahuan dari kurikulum Eropa dan menghafal Katekismus Roma seperti di sekolah Katolik Eropa.
Sejarah pendidikan di Indonesia sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai agama dan kebudayaan yang diperkenalkan oleh para misionaris pada masa lalu.
Pendidikan di Eropa telah mengalami transformasi yang luar biasa dari model klasikal hingga model pembelajaran dalam ruangan kelas yang diadopsi hingga hari ini. Namun, sejarah mencatat bahwa sebelumnya pendidikan dilakukan melalui majelis atau surau. Pada masa itu, sekolah seminarie atau sekolah seminar diadakan dengan meletakkan meja dan kursi untuk para pendengar (siswa) dan papan tulis untuk penjelasan penyeminar (guru).
Baca juga: Willem Iskander Sang Revolusioner Pendidikan Yang Dikagumi Belanda
Kekuasaan Portugis di Maluku pada awalnya membawa pengaruh Katolik dalam pendidikan. Namun, berdirinya kongsi dagang Belanda, VOC pada 1602, melemahkan kekuasaan Portugis di Maluku dan pada akhirnya Portugis terpaksa harus meninggalkan Maluku dan pindah ke Timor Timur pada 1605. Belanda kemudian membawa ajaran kristen dan mendirikan 33 sekolah di Ambon pada 1662 dengan jumlah 1300 siswa.
Sejarah pendidikan di Indonesia menunjukkan perjalanan yang panjang dan beragam pengaruh dari para penjajah. Namun, penting bagi kita untuk memahami sejarah ini sebagai bagian dari identitas nasional dan untuk terus memperbaiki sistem pendidikan kita dengan mengadopsi pendekatan yang lebih modern dan efektif.