Berencana Aceh dan Pemkab Blora Mengembangkan Makam Pocut Meurah Intan – Setelah dirawat oleh ahli waris RMN Dono Muhammad selama bertahun-tahun, makam Pocut Meurah Intan akan dirawat oleh pemerintah Kabupaten Blora dan DPRK Nagan Raya, Provinsi Aceh. Hal ini dilakukan untuk menjaga warisan sejarah dan pendidikan bagi masyarakat di masa depan. Rencana kerja sama ku-institute.id ini dibahas dalam pertemuan antara DPRK Nagan Raya dan Bupati Blora, Arief Rohman.

“Kami membahas banyak hal, termasuk rencana pengembangan makam Pocut Meurah Intan yang akan dijadikan sebagai tempat belajar sejarah dan pendidikan bagi masyarakat,” kata Puji Hartini, Wakil Ketua DPRK Nagan Raya, seperti dilansir dalam rilis Pemkab Blora. Dengan melakukan perawatan dan pengembangan makam Pocut Meurah Intan, diharapkan masyarakat dapat memperoleh manfaat yang lebih besar dalam bidang sejarah dan pendidikan.

Dalam pandangan masyarakat Aceh, sosok almarhumah ini dianggap sebagai seorang perempuan yang sangat berani di zaman penjajahan Belanda sampai akhirnya diasingkan ke Blora. Untuk itu, kami siap memberikan fasilitas dan menjadi penghubung antara Pemerintah Kabupaten Blora dengan Pemerintah Aceh untuk memperjuangkan pengembangan makam almarhumah ini menjadi sebuah situs sejarah dan religi.

Dalam menanggapi rencana tersebut, Arief Rohman mengapresiasi upaya tersebut dan berharap agar makam tersebut dapat dikembangkan seperti makam Cut Nyak Dien di Sumedang. Namun, karena keterbatasan anggaran Pemerintah Kabupaten Blora, maka kerjasama dengan Pemerintah Aceh sangat dibutuhkan untuk mengembangkan makam tersebut menjadi tujuan wisata sejarah dan religi yang menarik.

Pertemuan tersebut tidak hanya sebatas diskusi, melainkan dilanjutkan dengan ziarah ke makam Pocut Meruah Intan di Desa Temurejo. Sebuah kegiatan yang sangat penting untuk memperkuat nilai-nilai sejarah dan religi, yang keduanya sangat erat kaitannya dengan pendidikan.

Dalam hal ini, pendidikan tidak lagi hanya diartikan sebagai proses pemberian ilmu pengetahuan saja, melainkan juga sebagai upaya memperkuat nilai-nilai sejarah dan religi sebagai bagian dari pengembangan karakter bangsa. Oleh karena itu, kami berharap agar upaya pengembangan makam almarhumah ini dapat terus didukung dan dilaksanakan dengan profesionalisme yang tinggi.

Makam Pocut Meurah Intan, seorang pahlawan Aceh yang memperjuangkan kemerdekaan dan martabat bangsa, masih dijaga dan diurus oleh keluarga RMN Dono Muhammad hingga kini. Mereka adalah generasi ketiga dan keempat yang telah mewarisi nilai sejarah dan kepedulian terhadap keberlangsungan makam tersebut.

Sejarah mencatat bahwa RMN Dono Muhammad tidak hanya menjadi penghulu, melainkan juga sahabat dekat Pocut Meurah Intan. Berkat bantuan dan kerja sama yang baik, Pocut Meurah Intan berhasil dibebaskan dan disembunyikan di depan Masjid Agung Blora. Kini, makamnya berdiri sebagai bukti perjuangan dan pengorbanannya untuk bangsa.

Dalam konteks pendidikan, menjaga dan memperhatikan makam Pocut Meurah Intan juga dapat menjadi media pembelajaran bagi generasi muda tentang sejarah dan makna perjuangan. Hal ini dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga dan merawat warisan budaya dan sejarah.

Oleh karena itu, peran keluarga RMN Dono Muhammad dalam menjaga dan merawat makam Pocut Meurah Intan di Blora patut diapresiasi. Sebuah warisan budaya dan sejarah yang berharga perlu dijaga dan dilestarikan agar tetap melekat pada identitas bangsa dan terus dikenang oleh generasi selanjutnya.

Makam Pocut Meurah Intan terletak di kompleks pemakaman keluarga dan tokoh agama Blora di masa lalu yang dirawat oleh keluarga RMN Mochammad Djamil. Meskipun perawatan makam dilakukan secara mandiri oleh keluarga Djamil, namun akibat pandemi Covid-19, pendapatan keluarga mengalami penurunan sehingga perawatan kompleks makam hampir terbengkalai.

Selain itu, beberapa bukti sejarah terkait Pocut Meurah Intan hilang akibat masalah dalam keluarga di masa lalu. Meski demikian, keluarga Djamil menolak usulan pemindahan makam Pocut Meurah Intan ke Aceh karena merupakan wasiat langsung dari Pocut Meurah Intan untuk dirawat oleh keluarga Djamil.

Baca juga: Enstein Disambut Sebagai Pahlawan oleh Yahudi Amerika 100 Tahun Lalu

Tidak hanya keluarga pengurus, mahasiswa Aceh yang belajar di Yogyakarta juga sering datang untuk bertemu dan meminta bantuan pengurusan makam Pocut Meurah Intan kepada pihak berwajib di Aceh. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga sejarah dan heritage budaya kita. Oleh karena itu, pendidikan sejarah sangatlah penting agar generasi muda dapat mengetahui dan memahami warisan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia. Dengan menjaga dan merawat makam Pocut Meurah Intan, kita turut melestarikan warisan budaya dan sejarah Aceh yang berharga.

Dalam beberapa kesempatan, mahasiswa Aceh yang sedang menempuh pendidikan di Jogja sering mengunjungi makam Pocut Meurah Intan. Lilik, seorang warga setempat, berharap agar para mahasiswa tersebut dapat membantu dalam memperoleh bantuan perawatan untuk makam tersebut. Selain itu, seorang ahli waris Pocut Meurah Intan yaitu Sugeng Riyadi, juga mengusulkan agar makam tersebut dipugar.

Ia pernah menyampaikan wacana pemugaran tersebut pada mantan Bupati Blora Soemarno yang menjabat pada tahun 1979-1989, namun hingga saat ini tidak ada kelanjutan dari rencana tersebut. Sebagai makam sejarah yang memiliki nilai penting bagi Aceh, perlu adanya perhatian dan perawatan yang baik agar dapat terus dijaga keasliannya. Hal ini juga dapat menjadi bagian dari pendidikan sejarah yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.